Minggu, 03 Maret 2019

Refleksi 4 Tahun 5 Bulan Pemerintahan Jokowi - JK

Sudah kurang lebih 4 tahun 5 bulan pemerintahan Jokowi-JK sebagai Presiden Indonesia ke-7, sejak dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014 yang silam.
 Banyak hal yang telah terjadi sejak keduanya dilantik menjadi orang nomor satu dan nomor  Refleksi 4 Tahun 5 Bulan Pemerintahan Jokowi - JK

Banyak hal yang telah terjadi sejak keduanya dilantik menjadi orang nomor satu dan nomor dua di Indonesia.

Refleksi Pemerintahan Jokowi - JK


Janji-janji pada masa kampanye yang telah terucap dulu, hanya tinggal beberapa bulan lagi untuk dipenuhi.

Adakah janji yang sudah atau sedang direalisasikan saat ini?

Atau apakah janji-janji tersebut tidak ia tepati atau bahkan ia langgar selama memimpin negeri ini?

Mari, kita lihat kembali janji-janji masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu dari pasangan Jokowi-JK.

Empat tahun 5 bulan sudah janji Joko “Jokowi” Widodo dan Jusuf “JK” Kalla terucap.

Jika kita lihat kembali ke belakang ada sekitar 66 janji yang terucap pada masa kampanye pilpres 2014 hingga menjabat sebagai Presiden RI.

Saat debat perdana Pilpres 2019 yang baru terjadi beberapa saat yang lalu, Jokowi mengatakan bahwa ia tidak punya beban masa lalu.

Benarkah?

Janji Janji Jokowi - JK


Baiklah, mari kita bahas. Kami akan membaginya kedalam 5 kategori, janj-janji Jokowi-JK:

 Banyak hal yang telah terjadi sejak keduanya dilantik menjadi orang nomor satu dan nomor  Refleksi 4 Tahun 5 Bulan Pemerintahan Jokowi - JK

Hukum dan Politik


  1. Jokowi Janji akan Tetap Blusukan bila Jadi Presiden
  2. Jokowi Janji Benahi Kawasan Masjid Agung Banten
  3. Membangun E-government, E-budgeting, E-procurement, E-catalog, E-audit Kurang dari 2 Minggu
  4. Terbitkan Perpres Pemberantasan Korupsi
  5. Menggunakan Pesawat Tanpa Awak untuk meng-Cover wilayah lndonesia
  6. Tidak bagi-bagi Kursi Menteri ke Partai Pendukungnya
  7. Jokowi Janji Tak Berada di bawah Bayang Megawati
  8. Tanggal 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional
  9. Mudah ditemui oleh warga Papua
  10. Akan berbicara terkait kasus BLBI
  11. Memperkuat KPK (meningkatkan anggarannya 10x lipat, menambah jumlah penyidik, regulasi)
  12. Membuktikan janji-janji dalam visi-misi
  13. Menyusun kabinet yang ramping dan diisi oleh profesional
  14. Menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran HAM di masa lalu
  15. Menjadikan perangkat desa jadi PNS secara bertahap
  16. Cuma satu dua jam saja di kantor, selebihnya bertemu rakyat
  17. Mengusut kasus penculikan aktivis pada 1998


Pendidikan dan Kesehatan


  1. Jokowi Janjikan Bangun 50.000 Puskesmas
  2. Jokowi Janji Beri Berapapun Anggaran Pendidikan
  3. Jokowi Janji Hapus Ujian Nasional
  4. Meningkatkan Pemberian Beasiswa
  5. Jokowi Janji ‘Sulap’ KJS-KJP Jadi Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar
  6. Membantu meningkatkan mutu pendidikan pesantren guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional dan 24Meningkatkan kesejahteraan guru-guru pesantren sebagai bagian komponen pendidik bangsa
  7. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembenahan tenaga pengajar yang punya kemampuan merata 26diseluruh Nusantara
  8. Jokowi Pilih Mendikbud dari PGRI Jika Jadi Presiden
  9. Memberikan gaji besar bagi para ahli asal Indonesia
  10. Menaikkan gaji guru
  11. Sekolah gratis
  12. Menangani kabut asap di Riau


3. Ekonomi dan Energi


  1. Janji Jokowi-JK Besarkan Pertamina Kalahkan Petronas dalam 5 Tahun
  2. Swasembada Pangan (Kemandirian Pangan alias tidak impor pangan)
  3. Membuat Bank Tani untuk Mengurangi Impor Pangan
  4. Jokowi Janji Cetak 10.000.000 Lapangan Kerja Jika Jadi Presiden
  5. Jokowi Janji Buka 3.000.000 Lahan Pertanian Baru
  6. Jokowi Janji Batasi Bank Asing
  7. Berjanji Membangun Tol Laut dari Aceh hingga Papua
  8. Berjanji untuk Mengurangi Impor Pestisida dan Bibit Pertanian
  9. Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen
  10. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur seperti, Pelabuhan, Bandara, di wilayah Indonesia Bagian Timur
  11. Dana Rp 1,4 Miliar per Desa Setiap Tahun
  12. Kepemilikan Tanah Pertanian untuk 4,5 juta Kepala Keluarga dan Perbaikan Irigasi di 3 juta Hektar Sawah
  13. Membangun 100 Sentra Perikanan yang dilengkapi Lemari Berpendingin
  14. Membentuk Bank Khusus Nelayan
  15. Mengalihkan Penggunaan BBM ke Gas dalam waktu 3 Tahun
  16. Membenahi Jakarta (macet, banjir, dll)
  17. Menurunkan harga sembako, meningkatkan kualitas dan kuantitas program raskin
  18. Memperhatikan permasalahan outsourcing
  19. Menghapus subsidi BBM
  20. Meningkatkan profesionalisme, menaikkan gaji dan kesejahteraan PNS, TNI dan Polri
  21. Meningkatkan anggaran penanggulangan kemiskinan termasuk memberi subsidi Rp1 juta per bulan untuk keluarga pra sejahtera sepanjang pertumbuhan ekonomi di atas 7%
  22. Perbaikan 5.000 pasar tradisional dan membangun pusat pelelangan, penyimpanan dan pengolahan ikan
  23. Menghentikan impor daging
  24. Menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di sektor pertanian, perikanan, dan manufaktur
  25. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, listrik, irigasi, dan pelabuhan
  26. Meningkatkan 3 kali lipat anggaran pertahanan
  27. Membeli kembali Indosat
  28. Membangun industri maritim
  29. Menyederhanakan regulasi perikanan
  30. Mempermudah nelayan mendapatkan Solar sebagai bahan bakar kapal dengan mendirikan SPBU khusus
  31. Menyejahterakan kehidupan petani
  32. Mengelola persediaan pupuk dan menjaga harga tetap murah
  33.  Membangun banyak bendungan dan irigasi
  34. Meningkatkan Industri Kreatif sebagai salah satu Kunci Kesejahteraan Masyarakat
  35. Jika Menang, Jokowi Janjikan Internet Cepat


Hubungan Luar Negeri


  1. Mendukung kemerdekaan dan mendirikan KBRI di Palestina


Lingkungan Hidup


  1. Menyelesaikan masalah korban lumpur Lapindo


Refleksi 4 tahun Jokowi - JK oleh Zeng Wei Jian


Joko Widodo menjadi Presiden setelah menang tipis dari Letnan Jenderal Prabowo Subianto.

Prabowo Subianto adalah orang yang paling berjasa membawanya ke pentas politik nasional.

Kala itu, Taufik Kiemas (suami Megawati) tidak setuju Joko Widodo ditarik ke Jakarta untuk ikut kontestasi pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Saat itu, pengusaha nasional Hashim Joyohadikusumo, yang juga adik dari Pak Prabowo, adalah pihak yang mendanai kampanye Joko Widodo melawan Foke di Pilgub Jakarta.

Jokowi tidak memiliki uang kala itu, ia menghadap Hashim untuk membicarakan biaya untuk mengikuti pemilihan Gubernur DKI Jakarta, dengan nominal setidaknya 60 milyar.

Lucunya, pada debat #1 Pilpres 2019, dengan entengnya Joko Widodo menyatakan tidak mengeluarkan dana sepeserpun saat Pilgub.

Netizen teriak, ya jelas tidak mengeluarkan duit, lah wong Pak Hashim adik Prabowo yang bayarin.

Tanpa sadar Jokowi telah menjatuhkan dirinya sendiri dengan mengatakan hal itu pada debat pilpres 1 2019 lalu.

Ia sekarang dianggap sebagai orang seperti kacang lupa kulit, tidak tahu terimakasih dan arogan.

Kemenangan Jokowi- JK pada pilpres 2014 diselimuti kontroversi dugaan mal-praktek KPU sampai konspirasi global antara Barrack Obama dan Xi Jinping.

Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi tak pernah memiliki desain kebijakan pembangunan yang komprehensif.

Menjual penampilannya sederhana, memikat dengan wajah Ndeso, lugu, membuat publik merasa belum pernah dipimpin presiden berkemeja putih lengan panjang digulung.

Tanpa jas dan dasi, "blusukan" menjadi trademarknya, masuk gorong-gorong pencitraannya.

Ditambah lagi dengan antipati dan character assasination terhadap Orde Baru masih dimainkan aktifis progresif, liberal, sosialis palsu, leftist dan civil society.

Supaya bisa menjadi komisaris atau anggota dewan, mereka butuh legitimasi rakyat.

Legitimasi itu dibangun atas sebuah "common enemy" yang dibenci.

Narasi Hantu "Kebangkitan Orde Baru" dihidupkan menakuti rakyat. Another type of mass psychological terror.

Selama masa kampanye pilpres 2014, sebuah metode baru diterapkan.

Memainkan sosial media secara massif, terstruktur dan sistematis.

Relawan Jasmev sudah dibentuk. Ready to fight. Media-social war dimulai.

Tanpa lawan, mereka obrak-abrik informasi internet. Segala rasionalisasi, apologetik, framing dan hoax ditebar secara massif.

Pencintraan selama di Solo dan Jakarta diulang-ulang seperti kaset kusut, seperti lagu lama kaset baru.

Setiap hari, publik difeeding berbagai jargon, slogan, obral janji ini-itu dan jualan macam-macam kartu.

Jargon: "Benahi banjir dan macet Jakarta lebih mudah bila jadi presiden"

Jargon: "Stop utang, stop impor"

Jargon: "Janji tidak menggusur"

Jargon: "Tidak bagi-bagi kursi"

Jargon: "Tol laut"

Jargon: "Buyback indosat"

Jargon: "Pertumbuhan ekonomi 7%"

Dan yang paling fenomenal adalah "stealth mode car" Mobil Esemka.

Mobil yang tidak terditeksi oleh radar yang memiliki teknologi super canggih sekalipun, bahkan tidak terdeteksi panca-indera.

Setelah dilantik, Joko Widodo, jangankan inget Jakarta, katanya tidak bagi-bagi kursi, eh..malah dia bagi-bagi kursi.

Nasdem yang paling beruntung dapet jatah posisi paling strategis, dapat jatah kursi Jaksa Agung.

Para Relawan diangkat jadi komisaris-komisaris BUMN.

Walaupun kualifikasi mereka sering dipertanyakan, seperti misalnya, background Fadjroel Rahman yang dikenal sebagai pengamat politik dan aktifis eh, direposisi menjadi Komisaris Utama BUMN Konstruksi PT Adhi Karya.

Juni 2015, Presiden Joko Widodo secara terbuka mengekspresikan dukungan kepada "Islam Nusantara".

Menteri Susi mulai melancarkan kampanye bombastis meledakan kapal-kapal asing.

Agresif dan offensive.

Policy Cantrang sulitkan nelayan.

Nasib nelayan tetap kere, masih susah melaut.

Slogan "revolusi mental" dan "Kerja Kerja Kerja" jadi jampi-jampi ajaib.

Sejak Jokowi dilantik jadi presiden, Ahok yang dulu wakilnya di DKI Jakarta dan menjadi Gubernur DKI, mulai bertingkah.

Gusur sana-sini, serang DPRD, caci-maki banyak orang.

Buzzer Jasmev kerja maximal.

Proses branding dan attacking oposisi dirilis simultant.

Skandal "Papa Minta Saham" meletus. Ahoker ikut menghujat Setya Novanto.

Jadi "Papa Kesayangan Ahokers" setelah Setya Novanto ikut mengusung Ahok-Jarot di Pilgub Jakarta.

Dicaci-maki lagi setelah kasus megakorupsi ektp dieksekusi KPK.

Polemik reklamasi mencuat ke permukaan setelah Ahok membombardir dan menghapus Kampung Aquarium dari peta kota.

Ahok bilang Jokowi ngga bisa jadi presiden tanpa bantuan pengembang.

Menko Maritim Rizal Ramli merilis perlawanan.

Stop reklamasi judulnya, saling serang dan pecah di media.

Akhirnya, Kabinet di-resuffle.

Menteri Anies Baswedan dan Menko Rizal Ramli disingkirkan dari Kabinet Kerja.

Ahok melenggang teruskan reklamasi.

Diback-up Menko Maritim Baru Jenderal Luhut Binsar Panjaitan.

Saat itu, Setya Novanto telah kembali ke arena.

Rebound. Jadi pendukung utama istana.

Menteri ESDM Sudirman Said disikat dan diganti oleh Arcandra Tahar yang berkewarga-negaraan ganda. Melanggar aturan? TIDAK (kata mereka)

Tiba-tiba Buni Yani posting orasi Ahok di Pulau Pramuka. Jadi polemik nasional. Ahok dirasa menoda Surat Al Maidah 51. Menista Agama.

FPI turun ke jalan. Aksi Bela Islam 1 pecah tanggal 14 Oktober 2016. Tuntutannya: Tangkap Ahok.

Kyai Maruf Amin mengeluarkan Fatwa MUI Ahok dinyatakan menoda dan menista agama.

Aksi Bela Islam 2 dirilis tanggal 11 November 2016. Kepung Istana.

Aksi dibubarkan dengan hujan tembakan gas air mata. Jam 11 malam, dua alfamart dijarah massa yang tidak termasuk dalam aksi Bela Islam, di Bandengan.

Jakarta mencekam. Glodok diblokade.

Ahok bagaimana? Tetap bebas.

Kasusnya mau dianulir mau dipeti es kan. Dibela mati-matian.

Aksi Bela Islam 3 pecah tanggal 02 Desember 2016 (212).

Jelang subuhnya belasan orang ditangkap dengan tuduhan makar.

Para buzzer semakin menggila. Meneror kesadaran dengan halusinasi "Suriahnisasi". Ulama fundamentalis jadi obyek bully.

Ahok kalah pilkada DKI. Kalah hingga dua digit dan akhirnya masuk bui Mako Brimob.

Protes tak henti-hentinya dirilis. Sampai bebas, Ahok ditahan di sana.

Jokowi dimana? Joko Widodo gak pernah besuk Ahok.

Memasuki April 2018, media sosial dibikin geram atas pernyataan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek.

Selain sering beda pendapat dan bikin gaduh, para menteri Kabinet Kerja acapkali mengeluarkan statement yang membuat rakyat kesel.

Ketika harga cabe naik, rakyat disuruh tanam cabe sendiri.

Harga beras melonjak, rakyat disuruh nawar.

Menteri Puan Maharani putri kesayangan "Ibu Suri" Megawati minta orang miskin diet dan tak banyak makan ketika harga sembako meroket.

Aneh? TIDAK bagi mereka. Itu solusi yang paling masuk akal.

Bukankah seharusnya dia cari solusi turunkan harga? Oh, tidak, solusi turunkan harga hanya bagi orang yang berakal sehat.

Tanggal 02 Oktober 2018, Reuters merilis berita dollar tembus 15 ribu rupiah.

Selama tiga bulan rupiah terdepresiasi 7.6% dari 13.930 rupiah di bulan Juni.

PKS tagih janji Joko Widodo untuk jaga dolar di bawah 10 ribu rupiah.

Sebulan kemudian, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, "Rupiah Tak Melemah, Dolar yang Menguat".  WOW!! FANTASTIS!

Expor beras, garam, gula, terus berlangsung.

Petani panen raya, Jokowi Impor Beras. Petani Menjerit, Jokowi: "Menjaga stok beras nasional".

Kabulog: Stok beras melimpah.

Memperindag: "Kita kekurangan beras, harus impor"

FANTASTIS!

Harga cabe jatoh.

Sidang peradilan Ahmad Dhani terus berlanjut.

Jelang Pilpres, Prof Mahfud MD diminta ukur baju sebagai Calon Wakil Presiden.

"Ini panggilan sejarah," kata Prof Mahfud MD dengan mataberbinar-binar.

Muhaimin Iskandar, Rommy, Maruf Amin, Said Aqil Sirad bereaksi.

PBNU tidak mengakui Mahfud MD sebagai Kader NU.

Akhirnya, Maruf Amin resmi diusung sebagai Cawapres dampingi Joko Widodo.

Mahfud MD kecele, dan gigit jari.

Pulau Madura gagal menoreh sejarah punya seorang Cawapres.

Ahoker bergejolak. Kaget. Shock. Gigit jari. Mereka ancam golput.

Masih terngiang-ngiang ketika Kyai Maruf Amin jadi saksi ahli yang memberatkan Ahok.

Muhaimin Iskandar menyatakan akan berusaha rangkul Ahoker dan minoritas.

Ratna Sarumpaet menciptakan hoax. Ngaku dianiaya. Eh, ga taunya operasi plastik.

Pak Prabowo, Sandi, Amin Rais, Hanum Rais, Fadli Zon, Rocky Gerung dan lain-lain jadi korban.

Satu Republik ditipu.

Yusril Izha Mahendra, Denny JA dan La Nyalla Matalitti menyusul Kapitra Ampera dan UYM (Ustadz Yusuf Mansur) masuk Kubu Joko Widodo.

Prabowo-Sandi langsung diserbu serangan SARA.

Dikatakan bukan "Pejuang Islam". Foto Joko Widodo jadi imam sholat disebar guna menutup polemik "Alpateka" dan "Lahola kola kota bila".

Sebulan kemudian, Yusril bikin heboh dengan rencana pembebasan Ustad Abu Bakar Basyir.

Sudah fix katanya.

Diaminin Jokowi, demi kemanusiaan. Ucapnya.

Cawapres Maruf Amin dan Sekjen PKB Abdul Kadir Karding memuji Presiden Joko Widodo.

Ahoker die-hard, aktifis HAM, komunis, liberal dan Australia bereaksi. Ahoker say good bye ke Joko Widodo.

Istana Grogi, panas dingin.

Gak lama kok! Besoknya Jenderal Wiranto konperensi pers. Menteri mengkoreksi Presiden, bawahan mengkoreksi atasan didepan publik, dia bilang: Presiden Jangan Grasa Grusu.

Ustad Abu Bakar Basyir batal bebas.

Elektabilitas Paslon Ko-Ruf Nomor Urut 1 yang tadinya stagnan, terus turun.

Meme "made in Denny JA malfungsi".

Joko Widodo mulai agresif.

Sindir-sindir dan nyinyirin Prabowo-Sandi. Permainan kata seperti "Gendruwo, Sontoloyo, Tabok" sengaja dimainkan menutup isu-isu krusial semisal DPT bermasalah, TKA dan PKI.

Bahkan sampe nyarang pribadi Prabowo.

Jokowi KAGET, gaji guru 300rb, Kaget kemacetan Jabodetabek negara rugi 65 triliun. Kaget tiket pesawat mahal.

Eh, giliran tanah Probowo, jokowi HAFAL.

KPU, Panwas, Bawaslu dituding berpihak. Anies Baswedan diperiksa setelah menghadiri Silatnas Partai Gerindra.

Forum Alumni Jatim #01 membuat hetrik setelah memberi gelar "Cak Jancuk" kepada Joko Widodo.

Di situ, dia menyebut istilah "Propaganda Rusia" yang menyulut reaksi dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.

Sejumlah BUMN merugi, BPJS defisit, hutang bengkak dan Agnes Mo diundang ke istana.

Buruh Pertamina yang dipecat dibiarkan tidur di jalanan. Hanya di era Joko Widodo saja, doa bisa diralat. Tidak percaya? Tanya Romi. (Zeng Wei Jian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar